Bayi tabung atau fertilisasi (pembuahan) in vitro adalah suatu teknik pembuahan dimana sel telur (ovum) dibuahi di luar tubuh wanita. Proses pembuahan dilakukan dalam sebuah tempat khusus sejenis tabung atau cawan petri berisi medium kultur. Tabung tersebut dikondisikan sedemikian rupa sehingga menyerupai tempat pembuahan yang asli yaitu rahim wanita. Prinsip bayi tabung sebenarnya tak serumit yang dibayangkan. Tim dokter hanya membantu mempertemukan sel telur dari sang ibu dan sel sperma dari sang ayah agar terjadi pembuahan.
Prosesnya mula-mula dengan melakukan pengambilan sel telur dari wanita yang baru saja mengalami ovulasi (pelepasan sel telur dari indung telur) dengan menggunakan suatu alat khusus Kemudian sel telur yang diambil tadi dibuahi dengan sperma yang sudah dipersiapkan dalam tabung yang suasananya dibuat persis seperti dalam rahim. Hasil pembuahan dipelihara beberapa saat dalam tabung tersebut sampai pada suatu saat tertentu akan “ditanam” kembali ke dalam rahim wanita tersebut. Selanjutnya diharapkan embrio akan tumbuh sebagaimana layaknya di dalam rahim wanita dan wanita tersebut akan mengalami kehamilan dan perkembangan selama kehamilan seperti biasa. Ada dua metode dalam proses bayi tabung, yaitu konvensional dan injeksi sperma intra sitoplasma (Intra Cytoplasmic Sperm Injection/ICSI). Dua metode ini dilakukan dengan berbagai pertimbangan yang berbeda.
Metode konvensional dilakukan jika berdasarkan pertimbangan medis, sel sperma masih dapat berenang dan membuahi sendiri sel telur. Pada teknik ini pertama dilakukan perangsangan indung telur (superovulasi). Perangsangan berlangsung 5-6 minggu sampai sel telur dianggap cukup matang untuk "dipetik". Selanjutnya, sel telur diambil dengan tuntunan alat ultrasonografi melalui vagina. Ketika sel telur tersebut disimpan dalam inkubator, sperma dikeluarkan, dibersihkan, lalu diambil sekitar 50.000 - 100.000 sperma. Sperma tersebut disebarkan di sekitar sel telur dalam sebuah wadah khusus. Dari sinilah kemungkinan nama bayi tabung berasal, karena pembuahan berlangsung dalam sebuah tabung.
Sel telur yang telah dibuahi, ditandai dengan adanya dua sel inti, segera membelah menjadi embrio. Maksimal empat embrio yang berkembang ditanamkan ke rahim. Proses selanjutnya tak jauh berbeda dengan kehamilan biasa. Tingkat keberhasilan metode ini sekitar 15% dan jika pertimbangan teknis maupun fisiologis tak memungkinkan metode konvensional maka metode ICSI adalah pilihan terakhir.Berbeda cara konvensional, pada ICSI hanya dibutuhkan satu sperma dengan kualitas terbaik. Sperma "jagoan" itu, melalui pipet khusus, akan disuntikkan ke dalam satu sel telur yang juga terbaik. Metode ini umumnya dilakukan terhadap sperma bermasalah, misalnya jika jumlah sperma motil setelah preparasi kurang dari normal (500.000 buah). Sel telur dibuahi oleh satu sel sperma yang disuntikkan oleh jarum khusus. Sel sperma tak perlu bersusah payah berenang menembus dinding sel telur. Setelah pembuahan terjadi dan embrio terbentuk, dilakukan "penanaman" dalam rahim. Dengan teknik ini, keberhasilan bayi tabung meningkat menjadi 30 - 40%, terutama pada pasangan usia subur.
Masalah biaya, penggunaan metode ICSI cenderung sedikit lebih mahal dibandingkan metode konvensional.Program bayi tabung ini memang relatif mahal. Selain membutuhkan peralatan berteknologi tinggi, harga obat-obat stimulasinya juga bisa mencapai Rp 18-20 jutaan. Karena belum diproduksi di dalam negeri, obat-obatan tersebut semuanya harus didatangkan dari luar negeri. Biaya program bayi tabung ini berkisar antara Rp 30-50 juta. Beberapa rumah sakit di Indonesia yang telah berhasil dengan program ini diantaranya RS Anak & Bersalin Harapan Kita Jakarta, RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta, RS Hasan Sadikin Bandung, RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.
Pasangan suami istri yang berminat mengikuti program bayi tabung ini harus memenuhi beberapa persyaratan. Antara lain, mereka adalah pasangan suami istri sah, sudah menikah 12 bulan atau lebih, usia istri harus di bawah 42 tahun, dan mengikuti pemeriksaan fertilitas. Mereka juga sudah mendapatkan konseling khusus mengenai program fertilisasi in vitro, prosedur, biaya, kemungkinan keberhasilan atau kegagalan serta komplikasinya, siap biaya serta siap hamil, melahirkan, dan memelihara bayinya.
Jika melihat faktor kesuburan, untuk wanita idealnya berumur antara 30-35 tahun. Artinya, pada umur-umur tersebut persentase keberhasilan program bayi tabung lebih tinggi jika dibandingkan usia wanita yang lebih tua (36-40 tahun).Hampir seperempat abad sudah usia teknologi kedokteran bayi tabung sehingga banyak perkembangan yang sudah dicapai dan kian hari semakin menjanjikan. Teknologi ini terbukti sangat membantu pasangan suami istri yang mengalami kesulitan untuk memperoleh keturunan. Hanya masalah biaya masih menjadi kendala utama dalam penerapan teknologi ini.
No comments:
Post a Comment