Keputihan, tentu istilah ini sudah tidak asing lagi di kalangan wanita. Hampir seluruh wanita di Indonesia pernah mengalami keputihan baik yang diakibatkan oleh respon fungsi tubuh yang normal maupun akibat – akibat lain yang bukan respon dari tubuh. Dalam dunia kedokteran, keputihan dikenal sebagai leukorrhe atau flour albus. Keputihan dapat menandakan ada suatu kelainan di dalam saluran dan organ reproduksi contohnya infeksi, kelainan organ reproduksi atau bahkan kanker leher rahim. Oleh karena itu, penting bagi seorang wanita untuk mengetahui apakah keputihan yang ia alami adalah normal atau tidak.
Keputihan dapat dibagi menjadi dua macam, yakni keputihan fisiologis yang adalah respon tubuh normal dan patologis yang adalah bukan respon tubuh secara normal. Dalam keadaan normal, vagina memproduksi cairan yang berwarna bening, tidak berbau, tidak berwarna, jumlahnya tak berlebihan dan tidak disertai gatal. Cairan ini berfungsi sebagai alat perlindungan alami, mengurangi gesekan dinding vagina saat berjalan dan saat melakukan hubungan seksual
Selain cairan tersebut, di dalam vagina juga hidup kuman pelindung yang disebut sebagai flora doderleins yang dalam keadaan normal, berfungsi menjaga keseimbangan ekosistem vagina. Pada kondisi tertentu keseimbangan itu dapat terganggu, misalnya, saat stres sehingga daya tahan tubuh rendah, menjelang dan setelah haid, kelelahan, diabetes, saat terangsang, hamil, atau mengonsumsi obat-obat hormonal seperti pil KB. Gangguan ini mengakibatkan cairan vagina yang keluar sedikit berlebih. Inilah yang disebut keputihan (leukorre atau flour albus). Tapi keputihan yang diakibatkan oleh hal – hal yang telah disebutkan di atas biasanya masih dalam taraf normal karena tidak ada perubahan warna, bau, atau rasa gatal. Wanita yang mengalami keputihan ini tidak perlu melakukan pengobatan. Perawatan cukup dengan air rebusan daun sirih atau sabun – sabun pembersih vagina yang banyak dijual di pasaran. Akan tetapi, penggunaan sabun ini tidak boleh berlebihan karena dapat mematikan flora doderleins yang berguna untuk menjaga tingkat keasaman di dalam vagina.
Keputihan yang harus diwaspadai adalah keputihan yang bukan respon tubuh normal, dengan kata lain,patologis. Keputihan ini berupa cairan berwarna kekuningan hingga kehijauan, jumlahnya banyak bahkan bisa sampai keluar dari celana dalam, kental, lengket, berbau tidak sedap atau busuk, terasa sangat gatal atau panas, dan menimbulkan luka di daerah mulut vagina. Keputihan jenis ini harus diwaspadai mengingat dapat menjadi salah satu indikasi gejala adanya kanker leher rahim. Oleh karena itu, keputihan patologis harus dicari penyebabnya dan diobati secara adekuat sejak dini.
Banyak sekali hal – hal yang dapat menyebabkan keputihan patologis, tapi umumnya disebabkan oleh infeksi saluran reproduksi. Infeksi tersebut dapat berasal dari :
a. jamur Candida atau Monilia
Keputihan akibat jamur ini akan berwarna putih susu, kental, berbau agak keras, disertai rasa gatal yang dominan pada vagina. Akibatnya, mulut vagina menjadi kemerahan dan meradang. Keputihan ini biasanya dipicu oleh kehamilan, penyakit kencing manis, pemakaian pil KB, dan rendahnya daya tahan tubuh. Bayi yang baru lahir juga bisa tertular keputihan akibat jamur Candida ini karena tanpa sengaja tertelan cairan ibunya yang adalah penderita saat persalinan.
b. Parasit Trichomonas Vaginalis
Ditularkan terutama lewat hubungan seks sehingga termasuk salah satu dalam Penyakit Menular Seksual (PMS), namun selain hal itu juga dapat lewat perlengkapan mandi, atau bibir kloset yang telah terkontaminasi.Cairan keputihan sangat kental, berbuih, berwarna kuning atau kehijauan dengan bau anyir. Keputihan karena parasit ini tidak menyebabkan gatal, tapi nyeri bila liang vagina ditekan.
c. Bakteri Gardnella
Sebagian besar wanita yang mengalami infeksi vagina bakterial tanpa gejala – gejala berarti disebabkan oleh bakteri ini. Keputihan biasanya encer, berwarna putih keabu-abuan, berair, berbuih, dan berbau amis (fishy odor). Bau akan lebih menusuk setelah melakukan hubungan seksual dan menyebabkan darah menstruasi berbau tidak enak. Jika ditemukan iritasi daerah vagina seperti gatal biasanya bersifat lebih ringan daripada keputihan yang disebabkan oleh Candida albicans atau Trichomonas vaginalis.
d. Virus
Keputihan akibat infeksi virus juga sering ditimbulkan penyakit kelamin seperti condyloma, herpes, HIV/AIDS. Condyloma ditandai tumbuhnya kutil-kutil yang sangat banyak disertai cairan berbau. Penyakit ini sering menjangkiti wanita hamil. Sedangkan virus herpes ditularkan lewat hubungan badan. Gejalanya seperti luka melepuh, terdapat di sekeliling liang vagina, mengeluarkan cairan gatal, dan terasa panas. Perlu diwaspadai karena keputihan akibat virus karena virus yang menginfeksi dapat menjadi salah satu faktor pemicu kanker rahim.
Keputihan juga dapat disebabkan oleh alergi akibat benda-benda yang dimasukkan secara sengaja atau tidak ke dalam vagina misalnya tampon, obat atau alat kontrasepsi, rambut kemaluan serta benang yang berasal dari selimut, celana, dan lainnya. Selain itu, keputihan dapat juga disebabkan karena luka misalnya tusukan, benturan, tekanan atau iritasi yang berlangsung lama.
Perlu diingat, keputihan tidak menyebabkan kanker. Keputihan hanyalah salah satu gejala yang ditimbulkan oleh kanker, misalnya kanker leher rahim. Keputihan yang ditimbulkan oleh kanker leher rahim memberikan gejala berupa sekret encer, berwarna merah muda, coklat mengandung darah atau hitam serta berbau busuk.
Keputihan akibat infeksi yang dibiarkan tidak diobati dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan kemandulan. Hal ini dikarenakan infeksi meluas ke rongga rahim, ke saluran telur dan kemudian sampai ke indung telur dan bisa menyebar sampai ke dalam rongga panggul.
Tidak perlu panik jika mengalami keputihan. Umumnya, wanita memang mengalami keputihan, apalagi di Indonesia yang tingkat kelembapan udaranya tinggi. Upaya pencegahan, dapat berupa:
1. Selalu menjaga kebersihan diri, terutama kebersihan alat kelamin. Rambut vagina atau pubis yang terlampau tebal dapat menjadi tempat sembunyi kuman. Jadi, jangan lupa menggunting atau membersihkannya agar pemberian obat keputihan berupa salep lebih mudah menyerap.
2. Biasakan untuk membasuh vagina dengan cara yang benar, yaitu dengan gerakan dari depan ke belakang. Cuci dengan air bersih setiap buang air dan mandi. Jangan lupa untuk tetap menjaga vagina dalam keadaan kering.
3. Hindari suasana vagina yang lembab berkepanjangan karena pemakaian celana dalam yang basah, jarang diganti dan tidak menyerap keringat. Usahakan menggunakan celana dalam yang terbuat dari bahan katun yang menyerap keringat. Pemakaian celana jins terlalu ketat juga meningkatkan kelembaban daerah vagina. Ganti tampon atau panty liner pada waktunya.
4. Jika keputihan masih dalam taraf ringan, coba gunakan sabun atau larutan antiseptik khusus pembilas vagina, tapi jangan gunakan berlebihan karena hanya akan mematikan flora normal vagina dan keasaman vagina juga terganggu. Jika perlu, konsultasikan dulu ke dokter.
5. Hindari terlalu sering memakai bedak talk di sekitar vagina, tisu harum, atau tisu toilet. Ini akan membuat vagina kerap teriritasi.
6. Perhatikan kebersihan lingkungan. Keputihan juga bisa muncul lewat air yang tidak bersih. Jadi, bersihkan bak mandi, ember, ciduk, water torn, dan bibir kloset dengan antiseptik untuk menghindari menjamurnya kuman.
7. Setia kepada pasangan merupakan langkah awal untuk menghindari keputihan yang disebabkan oleh infeksi yang menular melalui hubungan seks.
Beberapa langkah yang dapat dilakukan apabila ternyata menderita keputihan adalah sebgai berikut:
1. Berkonsultasilah ke dokter kandungan, Dokter akan memberi obat sesuai keluhan dan penyebab. Umumnya keputihan yang disebabkan oleh infeksi diberikan obat-obatan untuk mengatasi keluhan dan menghentikan proses infeksi sesuai dengan penyebabnya. Obat-obatan yang digunakan dalam mengatasi keputihan biasanya berasal dari golongan flukonazol untuk mengatasi infeksi candida dan golongan metronidazol untuk mengatasi infeksi bakteri dan parasit. Sediaan obat dapat berupa sediaan oral yang berupa tablet atau kapsul, topikal seperti krem yang dioleskan dan uvula yang dimasukkan langsung ke dalam liang vagina. Untuk keputihan yang ditularkan melalui hubungan seksual, terapi juga diberikan kepada pasangan seksual dan dianjurkan untuk tidak berhubungan seksual selama masih dalam pengobatan.
2. Bagi yang sudah berkeluarga, lakukan pemeriksaan bersama pasangan.
3. Jika masih belum sembuh juga, lakukan uji resistensi obat dan mengganti dengan obat lain. Ada kemungkinan bahwa kuman ternyata resisten terhadap obat yang diberikan.
4. Bagi yang sudah menikah, lakukan pap smear. Apalagi jika sudah berumur › 35 tahun dan keluhan keputihan diikuti dengan adanya sesuatu yang mencurigakan di mulut rahim karena dikhawatirkan adalah virus yang dapat memicu kanker. Idealnya, pap smear dilakukan setahun sekali.
5. Jika positif terkena virus, bisa dilanjutkan dengan pemeriksaan mulut rahim dengan menggunakan alat pembesar yang diletakkan di luar bibir vagina. Sebagai penunjang, lakukan pula tes urin dan tes darah.
6. Yang paling penting adalah jagalah kebersihan daerah vagina anda dan cobalah untuk membiasakan pola hidup yang sehat agar daya tahan tubuh baik untuk mendukung pengobatan yang sempurna.
Pengetahuan akan keputihan secara tepat akan membantu dalam membedakan antara keputihan yang normal dengan keputihan yang patologis. Sehingga pencegahan dan penanggulangan dapat dilakukan secara dini dan menghindarkan Anda dari kemandulan dan kanker leher rahim lebih lanjut. Dengan demikian jagalah selalu kesehatan diri termasuk di area pribadi Anda. (Gracia Dewi I.)
No comments:
Post a Comment